Cara Menemukan Passion Anda

Rabu, 02 April 2014


Assalamu’alaikum... Apa kabar sobat semua? Mudah-mudahan dalam keadaan sehat wal afiat. Kali ini ane akan mengangkat tema tentang passion yang terinspirasi dari ‘kakek’ Jamil Azzaini dan bukunya pak Adi W. Gunawan. Sebelumnya ane kasih pertanyaan dulu, adakah diantara sobat yang sedang merasakan belum menemukan semangat dalam melaksanakan pekerjaan atau aktivitas? Kalau ada, kemungkinan besar pekerjaan tersebut BUKAN PASSION sobat. So, apa itu passion?


Passion secara sederhananya bisa diartikan sebagai Energi yang melibatkan emosi dan didasari oleh rasa cinta yang luar biasa untuk melakukan suatu kegiatan. Jadi intinya, kita mau melakukan pekerjaan tersebut walau nggak dibayar, karna kita emang cinta banget sama pekerjaan itu. Nah itulah yang disebut PASSION.

Gimana cara menemukan Passion? Kita bisa menemukan passion dengan cara melihat tanda-tandanya:

Apalah Artinya


Apalah Artinya Kutulis Rindu
Jika Kita Belum Ke Penghulu
Apalah Artinya Kuucap Cinta
Jika Aku Belum Menghadap Orang Tua
Apalah Artinya Berkata Sayang
Jika Masih Haram Berpandang
Apalah Artinya Berkirim Salam
Jika Hanya Mengganggu Malam

Semester Tujuh


Assalamu’alaikum, selamat datang di blog baru ane. Dulu nama blog-nya PsychoLoveGy. Tapi karena sesuatu hal, blog tersebut terhapus.
Oke, artikel kali ini berjudul semester tujuh (Mungkin lebih tepatnya coretan, bukan artikel). Ada apa di semester tujuh? Nggak ada apa-apa, cuma sedikit berbagi cerita aja kalo berteman dengan banyak orang itu nggak ada ruginya, sekalian buat nambah-nambahin postingan blog. :D (ini yang paling penting, hehehe)

Jadi gini ceritanya pren,
Selama kuliah itu ane bisa dibilang nggak punya temen cewek. (oh, mau cerita tentang cewek? Bukan, baca aja dulu. Tapi emang ada benernya dikit). Diulang ya, selama kuliah dulu, ane hampir nggak punya temen cewek. Khususnya adek-adek tingkat. Waktu masih semester 1 en 2 udah pasti donk, karna emang belom ada adek tingkat. Semester 3 sampe semester 5, bisa dibilang nggak ada temen cewek yang adek tingkat (kalopun ada, nggak sampe lima orang kayaknya). Temen-temen ane yang akrab ya Cuma temen sekelas aja. Waktu itu masih  ‘nggak peduli punya temen atau nggaknya. Padahal memperluas jaringan pertemanan itu baik en nggak ada ruginya ya. Tapi itulah ane dulu.. (ane yakin, masih banyak orang yang kayak ane ini). Salah satu manfaatnya yaitu pas penelitian skripsi, banyak adek-adek tingkat yang bantuin. Pastinya yang terpenting adalah menambah rasa persaudaraan, kekeluargaan dengan adek tingkat.
Sampe suatu hari, di semester tujuh. Waktu itu perkuliahan baru beberapa minggu en ane juga abis pulang dari KKN (Kuliah Kerja Nyata). Ceritanya pas abis shalat ashar  ane keluar dari mushola. Ane ketemu adek tingkat, inisial namanya AF, masih semester tiga. Ane cerita-cerita sama dia, dia ini udah ane anggep adek sendiri. Di sela-sela cerita AF bilang: